Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami
kekacauan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat
mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan
mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut, kekalutan
mental yang dialami seseorang bisa terjadi akibat lingkungan yang tak mendukung
sehingga membuat orang tersebut mengalami kekalutan mental. Dengan mental yang
jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi
tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau
kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di
sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau
teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapatkan
rasa semangat kembali untuk menjalani hidupnya untuk menjadi lebih baik.
Tahapan-tahapan gangguan jiwa adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam
gejala-gejala kehidupan si penderita baik
jasmani maupun rohaninya.
2.
Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif,
yaitu mundur atau lari, sehingga
cara bertahan dirinya salah, pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan
bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak
menekan perasaannya.
3. Kekalutan merupakan titik patah
(mental breakdown) dan yang bersangkutan
mengalami gangguan.
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai
berikut :
1. Kepribadian yang lemah
2. Terjadinya konflik sosial budaya
3. Cara pematangan batin,
Bentuk
frustrasi antara lain :
1. Agresi
2.
Regresi
3.
Fiksasi
4.
Proyeksi
5.
Identifikasi
6.
Narsisme
7. Autisme
Penderita
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. Kota-kota besar
2.
Anak-anak
muda usia
3.
Wanita
4.
Orang yang tidak berguna
5. Orang yang terlalu mengejar materi
Penderitaan
batin dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai kekalutan mental (mental disorder).
Menurut Dra. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi
Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut;
1. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan
bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli
ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau
gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
2. Merupakan totalitas kesatuan
ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial,
dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (Patologi = Ilmu
penyakit).
Secara
sederhana, kekalutan mental dapat diartikan sebagai gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi masalah yang harus dihadapi, sehingga yang
bersangkutan bertingkahlaku secara kurang wajar. Misalnya, seseorang yang tidak
mampu menjawab sebuah pertanyaan ujian, menggigit-gigit pensil.
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah
sebagai berikut ;
1. Jasmaninya sering merasakan
pusing-pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.
2. Jiwanya sering menunjukkan rasa
cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah.
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kejiwaan akan nampaak dalam
gejala-gejala kehidupan penderita, baik pada jasmani maupun rohaninya.
2.
Usaha
mempertahankan diri dilakukan dengan cara negatif (escape mechanism), yaitu
mundur atau lari (menghindarkan diri), sehingga cara bertahan dirinya tentu
salah. Hal ini akan berbeda apabila terjadi pada orang yang tidak menderita
gangguan kejiwaan, yang apabila menghadapi pesoalan justru akan segera
memecahkan persoalan sehingga tidak menekan perasannya. Jadi, bukan melarikan
diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan (problem
solving).
3. Kekalutan merupakan titik patah
(mental breakdown), dan yang bersangkutan mengalami disorder (tidak semestinya
atau gangguan).
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Kepribadian yang lemah akibat
kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering
menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan
menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi
pada orang-orang melankolis.
2.
Terjadinya
konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan
dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi,
misalnya orang dari pedesaaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang
jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.
3. Cara pematangan bathin yang salah
dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting
sebagai overkompensasi dan tampak emosional. Sebaliknya ada yang underacting
sebagai rasa rendah diri yang lari ke alam fantasi.
Proses-proses
kekalutan mental yang dialami oleh sesorang dapat mendorongnya ke arah berikut
ini :
1. Positif, bila trauma (luka jiwa)
yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap
survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi umat Islam waktu
malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi, atau melakuka kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam
kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya jatuh tupai janganlah sampai
jatuh tapai!).
2. Negatif, bila trauma yang dialami
tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustrasi, yaitu
tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk
frustrasi yang dialami orang dewasa antara lain sebagai berikut :
1. Agresi, serangan berupa kemarahan
yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan. Secara fisik berakibat mudah
terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau melakukan tindakan sadis
yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2.
Regresi,
kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil),
misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak
barang-barang.
3.
Fiksasi,
peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan
membisu, memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda
keras.
4.
Proyeksi,
usaha mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang
negatif pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari, dikatakan
lantai yang terjungkat.
5.
Indentifikasi,
menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam
kecantikan, yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau dalam
soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6.
Narsisme,
self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior
dari pada orang lain.
7. Autisme, gejala menutup diri secara total dari
dunia riil, tidak ingin berkomunikasi dengan orang luar, dan merasa tidak puas
dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus pada sifat yang sinting.
Oleh karena itu, penderita kekalutan
mental lebih banyak terdapat dalam lingkungan :
1. Kota-kota besar banyak memberikan
tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam
memenuhi keperluan hidupnya. Akibatnya, sebagian orang tidak mau tahu
penderitaan orang lain, timbullah egoisme yang merupakan salah satu ciri
masyarakat kota, dan adanya kesenjangan sosial yang membuat sesorang dapat
mengalami kekalutan mental
2.
Anak-anak
usia muda tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau
diidam-idamkan, karena tidak berimbanganya kemampuan dengan tujuannya, dan
karena belum berpengalaman. Orang-orang usia tua pun sering mengalami
penderitaan dalam kenyataan hidupnya, akibat norma lama yang dipegangnya secara
teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3.
Wanita
umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah dan memendamnya di dalam hati
(introver). Namun, sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara mereka
memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah. Hal ini mengakibatkan mereka banyak
memendam masalah dalam hati, sehingga tidaklah mengherankan kalau kaum wanita
banyak yang menjadi penderita psikosomatik (penyakit akibat gangguan kejiwaan)
dari pada kaum pria.
4.
Orang-orang
yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan bahwa diatas dirinya ada kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga sikap pasrah pada umumnya tidak dikenalnya. Dalam
keadaan yang sulit, orang seperti ini mudah sekali megalami penderitaan,
diperkirakan bahwa jumlah penderita golongan ini mencapai 40 %.
5. Orang yang terlalu mengejar materi,
seperti pedagang dan pengusaha, selalu memiliki sifat ‘gigiah’ dalam memperoleh
tujuan kegiatanya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin. Mereka adalah kaum
materialis dan biasanya mengabaikan masalah spiritual yang justeru membuat
seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.
Cara-cara untuk menghindarkan diri
dari frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Seseorang harus memelihara kesehatan
jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup,
bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan
tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan
efisien dalam tindakan-tindakannya.
2. Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa
menggunakan defence mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya
bersifat pertahanan mundur yang pada suatu saat akan mengakibatkan seseorang
terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik
adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan
persoalan dengan berpikir jauh ke depan (futuristis).
3. Berani mengatasi kesulitan sebagai
respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam
kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan
membuat dirinya menjadi puas.
4. Menyempatkan waktu untuk
beristirahat atau jalan-jalan ke tempat wisata atau tempat manapun yang dapat
membuat pikiran menjadi tenang.
5. Berkomunikasi dengan orang lain,
terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah menghilangkan
himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga dapat dilakukan
dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak bertukar
pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah, misalnya
frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa, terutama
rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang
diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.
6. Beberapa istilah yang sering
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan soal kekalutan
adalah obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah ketakutan yang selalu membayangi
penderitanya, ia tidak mampu melepakan dirinya dari ketakutan tersebut dan
tidak mampu pula mengatasinya. Misalnya, seseorang yang tahu bahwa dia
menderita kanker, setiap saat yang terbayang adalah kematian yang mengerikan,
penderitaannya makin berat ketika ia mendengar atau membaca soal kanker.
Kompulasi adalah perbuatan yang
didasari sebagai hal yang irasional (tidak masuk akal), tetapi dilakukan juga
diluar kesadarannya akibat dari adanya obsesi yang dideritanya. Misalnya orang
latah, yang diluar kesadarannya berkata jorok karena ada obsesi ketidak
puasannya soal seks, orang kleptomania adalah orang-orang yang suka mengambil
barang-barang kecil dan kurang berharga para waktu kecilnya kurang mendapatkan
dari orang tuanya.
Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia memang merupakan beban
berat, mengakibatkan seseorang seolah-olah merasa bahwa dunia ini benar-benar
merupakan neraka dalam hidupnya. Oleh karena itu, biasanya terlontar kata-kata
lebih baik mati daripada hidup. Dengan pengertian bahwa dengan kematian,
berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya, mereka yang terlalu
menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan “pintas”, yaitu bunuh
diri.
Benarkah orang yang telah meninggal, terutama yang memakai jalan bunuh diri
sudah lepas dari penderitaan? Jawabannya tidak, karena ajaran agama pada
umumnya mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat menerima mereka yang bunuh diri di
surga, karena bunuh diri dianggap telah melampaui-Nya dalam menentukan nasib.
Kesimpulan:
Sebesar apapun penderitaan yang
dialami sesorang sesulit apapun masalah yang dialami kita harus menghadapi dan
menyeselaikannya dengan hati dan pikiran yang tenang sehingga permasalahan
tersebut dapat terselesaikan dengan baik, sebesar apapun masalah pasti ada
jalan keluarnya. Tak perlu kawatir dengan permasalahan yang ada karna masalah
tersebut adalah ujian untuk kita seberapa kuat nya kita hidup, semakin besar
masalah yang kita hadapi berarti kita semakin kuat. Kekalutan mental hanya
membuat penyelasaian masalah kita menjadi terhambat, kenapa? Karena ketika kita
mengalami kekalutan mental yang berlebihan itu hanya membuat kita menjadi
stress dan stress yang berlebih akan mengalami depresi ketika kita depresi itu
hanya membuat masalah kita tidak selesai melainkan bertambah besar untuk
orang-orang disekitar kita. Ketika kita mengalami sebuah masalah yang besar dan
merasa berat untuk menghadapinya luangkanlah waktu untuk beristirahat atau
pergi ke tempat dimana hatimu merasa tenang, cara yang paling ampuh saat
mengalami permasalahan adalah luangkan waktumu untuk berdoa dan berbicaralah
kepada Tuhan semua permasalahan mu, mintalah jawaban kepada Tuhan, karena
setiap permasalahan yang ada pasti ada jawabannya dan Tuhan punya banyak cara dan
jawaban untuk setiap permasalahanmu. Percaya dan berharaplah!!